Siapa yang tidak tahu atau tidak pernah mendengar gedung Sydney Opera dan Jembatan Harbour di Sydney Australia? Semua orang yang bermimpi untuk mengunjungi kota terbesar di benua selatan Indonesia ini pasti ingin melihat gedung yang menjadi landmark kota tertua di Australia. Seolah-olah belum ke Sydney kalau belum berfoto di depan kedua icon Sydney tersebut. Gedung Opera Sydney yang bentuknya unik seperti keong dibangun oleh arsitek Denmark Jorn Utzon dan dibuka untuk umum sejak tahun 1973, sedangkan jembatan baja berbentuk busur terbesar di dunia, yang bernama jembatan Harbour yang dikenal oleh orang-orang lokal sebagai "The Coathanger" dibuka jauh lebih dahulu sejak tahun 1932. Tetapi tunggu dulu, kali ini saya tidak ingin membahas landmark kota Sydney, saya lebih tertarik bercerita ingin sedikit tentang Pulau Manly.
Kebetulan saya berkesempatan mengunjungi Sydney di akhir bulan Februari 2009, setelah kursus saya di Melbourne selesai. Saya berangkat dari Melbourne dengan kereta country link dari Stasiun Southern Cross. Tadinya sih sempat mengutuki diri sendiri karena telat memesan tiket pesawat Jetstar. Bayangkan saja, untuk harga yang jauh lebih murah dari tiket kereta sebesar 68 Dollar Australia, jika saya naik Jetstar (Australian flight budget), hanya memakan waktu 1 jam, dengan kereta, terpaksa pantat saya harus bermesraan dengan kursi selama 10 jam. Bisa dibayangkan di dalam kereta, dua jam pertama saya sibuk mencari beberapa posisi wuenak , dan itu berlanjut dalam interval 2 jam-an.
Berada di dalam kereta selama 10 jam yang melewati kawasan kering seperti gurun berbatu, sabana, pedesaan dengan sapi-sapi dan kuda, membawa pikiran saya melayang-layang ke film-film cowboy Amerika, apalagi beberapa kali kereta berhenti di stasiun tertentu yang namanya unik (dari bahasa Aborigin) dan susah dihapal, dengan bangunan yang arsitekturnya kuno.
Tiba di Stasiun Sydney Central jam 8 malam, saya harus naik kereta/ subway ke Stasiun Kingscross, karena saya sudah memesan online di hostelworld.com satu tempat tidur di Hostel Backpackers Headquarter. Kingscross sebenarnya tidak terlalu jauh dari ibukota NSW (New South Wales), hanya sekitar 2 stasiun dari Stasiun Sydney Central, dan hanya menempuh waktu tidka lebih dari 7 menit dengan kereta. Semula kakak ipar saya yang asli orang sana, kaget dan mengkhawatirkan saya. Saya, perempuan Asia, berbadan kecil dan berwajah polos, menginap di kawasan yang terkenal sebagai Red Light Districtnya NSW? Tetapi dengan santainya saya berkata, “Well, jika saya bisa menaklukan Red Light District di Amsterdam 4 tahun lalu, dan selamat kembali ke Indonesia sekalipun sempat ditraktir ini itu oleh germo sana, berarti saya bisa tinggal di kawasan remang-remang Kingscross. Lagi pula saya hanya menginap 2 malam.” Kakak dan suaminya hanya tertawa.
Saat tiba dari stasiun Kingscross, saya sempatkan melihat kawasan red light sebelum melihat hostel yang berjarak 5 menit jalan kaki dari stasiun subway. Para pelacur, preman penjaga club tarian erotic dan para pelaku hiburan malam sudah berjajar menawarkan pelayanan mereka. Klub-klub kemaksiatan itu berbaur dengan CafĂ©, Resto dan warnet yang dijaga imigran keturunan China. Pemandangan di sini mirip adegan awal film “Pretty Woman”, saat Julia Robert mencari calon pelanggan di pinggir jalan.
Aih, pemandangan yang saya lihat sungguh berbeda dengan Red light District Amsterdam. Di Amsterdam, saya hanya melihat para PSK remaja yang cantik-cantik dan berbadan sexy serta langsing di dalam “akuarium”. Di Kingscross, saya melihat juga mereka yang berbadan gemuk besar dan sudah tidak muda memamerkan asset mereka tanpa malu di pinggir jalan. Untunglah saat menikmati roti burger di Mac Donald, saya sudah melupakan pemandangan yang baru saja saya lihat tadi, sehingga tidak mengganggu selera makan saya hehehe. Oh iya, info penting, Mac Donald di sini ada wifinya lho.
Karena hanya punya waktu 2 hari, saya benar-benar memanfaatkan waktu dengan baik. Pagi itu saya sudah merencanakan tempat - tempat yang akan saya kunjungi dalam waktu 1 hari ini di Sydney. Sesuai dengan rekomendasi yg diberikan Hostelworld apa yg harus dilakukan jika hanya punya waktu 1 hari ke Sydney.
Saya sempat basa-basi mengobrol sejenak dengan teman satu kamar, Paula gadis remaja Jerman yang baru lulus SMA, Gaby mahasiswi Polandia, satu orang backpacker Irlandia yang kelihatan resah karena uangnya sudah menipis dan belum mendapatkan pekerjaan setelah mengunjungi beberapa distro siang tadi, dan satu lagi mahasiswi baru lulus dari Slovenia. Jam 9.00 saya berangkat dari Hostel setelah menikmati sarapan ala kadarnya roti, sereal dan susu (ala kadarnya jika saya bandingkan dengan hostel di Eropa, tapi cukup masuk akal, karena ratenya yang setengah dari rate hostel di Eropa pada umumnya, tetapi yang penting hostel ini ada wifi). Saya tidak langsung pergi ke Sydney, tapi dengan berjalan kaki saya menapaki lagi red light menuju Elisabeth Bay House. Sayangnya Museum/ Elisabeth Bay House ini hanya dibuka pada hari Jumat jam 10.00, ah itu jam kepulangan saya ke Melbourne besok.
Dari kawasan Elisabeth Bay, saya naik bis yang membawa saya ke pelabuhan/ Darling Harbor. Sempat melihat bangunan unik dari balik kaca bis, dengan tiang-tiang tembok kurus tinggi seperti obelisk di depan gedung, persis seperti obelisk Mesir yang terpancang tegak diantara La Concorde dan taman Tuileries di kota Paris, tetapi ujungnya tidak meruncing. Ah setelah bis mendekat, barulah saya bisa membaca tulisan di depan gedung itu. Ternyata gedung unik itu bernama Museum of Art.
Tiba di Circular Quay jam 10 pagi saya sempatkan untuk melihat-lihat The Rock, kawasan peninggalan sejarah bangsa Australia di kota Sydney di sekitar Jalan Harrington dan sekitarnya. Saya puaskan diri memotret gedung-gedung tua yang dibangun sejak tahun 1788 (pertama kali koloni barat mendarat di Australia, yang diperingati sebagai “Australian Day”) oleh batu-batu yang ada di kawasan itu, dari sinilah nama The Rock berasal (bukan dari nama pegulat Amerika Serikat itu lho ). Di kawasan The Rock terdapat gedung Pusat Informasi Turis, dimana kita bisa mendapatkan informasi wisata Sydney dan sekitarnya serta membeli tiket masuk obyek wisata.
Dari The Rock, saya tidak latah seperti turis-turis pada umumnya. Saya abaikan Gedung Opera, demi melihat Manly, pulau yang kata brosur-brosur wisata lebih menarik dibandingkan pantai Bondy di pinggiran kota Sydney yang terkenal itu (bahkan di Australia, pantai ini mempunyai acara TV sendiri). Untuk ke Manly saya harus naik ferry, yang saya hitung-hitung lebih murah jika saya membeli tiket daily tripper. Dengan tiket ini, saya bisa pulang pergi naik ferry plus tiket bis dalam kota selama sehari seharga 17,5 Dollar. Jauh lebih murah jika saya beli tiket sekali jalan. Ferry ke Manly berangkat setiap 30 menit sekali, dan lama perjalanan memakan waktu 30 menit. Dari atas ferry, saya bisa mendapatkan sudut –sudut terbaik dan terdekat untuk memotret Gedung Opera yang tersohor itu.
Dahulu pulau ini merupakan pusat karantina para imigran yg datang di Pelabuhan Sydney sejak tahun 1830 – 1984, sebelum akhirnya diubah menjadi obyek wisata di pantai utara Sydney. Apa yang bisa dilakukan di Pulau Manly? Selain bersepeda, bermain di pantai, berjalan menyusuri Scenic Way sambil menikmati pemandangan sisi pantai yang berbatu-batu (di bagian ini tidak dibolehkan berenang), kita juga bisa melihat Museum Seni (yang ini gratis akses masuknya), berbelanja, berenang di sisi pantai-pantai yang lain, menikmati keindahan pemandangan alam di sini yang sangat dijaga kebersihan dan keberagaman hayatinya, snorkeling, atau melihat keberagaman ekosistem laut sekitar Manly di Ocean World. Di Ocean World, selain bisa melihat giant stingrays, kura-kura laut dan ratusan hewan laut, kita juga bisa menyelam bersama petugas di sana.
Manly yang terletak 7 mil arah timur laut dari Sydney, mempunyai 22 pantai yang masih terjaga keasriannya. Cara terbaik untuk menjelajahi setiap sisi dari kota pantai terindah di Sydney ini adalah dengan bersepeda.
Manly menyediakan jalur untuk pengguna sepeda sepanjang 20 km yang terpisah dari jalan mobil sehingga peseda tetap bisa nyaman menikmati keindahan pulau mungil ini.
Manly mempunyai 5 tempat popular yang dapat disinggahi dengan sepeda :
1. North Head : kelebihan tempat yang satu ini, tempat yang tepat untuk menghilangkan kepenatan, pemandangan yang indah, dan melihat paus di bulan Juni-Juli, dan Oktober-November)
2. The Ocean beach front : tempat terbaik untuk bersepeda sekeluarga dengan pemandangan Laguna Manly & di ujung pantai selatan terdapat pantai Shelly yang sangat baik untuk snorkling
3. The Manly Cove, Harbour side : di akhir jalur sepeda ini terdapat SItus tambang gas yang terkenal untuk piknik keluarga
4. Manly Dam : jalur sepeda yang berbukit-bukit dan dam yang sangat pas untuk piknik atau memancing
5. Freshwater Beach & beyond
Tempat penyewaan sepeda : Manly Cicles & Manly Bike Tours (untuk 1 jam 14 AUS D, 2 jam 24 AUS D). Untuk makan, ada beragam pilihan dari yang termurah sampai mahal. Kalau mau hemat bisa ke Mac Donald, atau ke Subway yang selain lebih murah dari Mac D, rasanya juga lumayan (dengan uang 3 dollar kita bisa mendapat burger besar, tetapi untuk yang muslim, lebih baik pilih isi tuna). Untuk souvenir, jauh lebih murah jika kita membeli di toko-toko souvenir di sini daripada di Sydney atau Melbourne. Dengan uang 1 Dollar, kita bisa membeli boneka kangguru dan koala ukuran sedang.
Nah pulang dari Manly, jam 15.00, saya baru melihat dan memotret The Harbour beserta jembatannya, dan melihat kota Sydney untuk memotret bangunan-bangunan yang berarsitektur unik.
Catatan perjalanan Sari Musdar : Feb 2009, foto-foto lebih banyak ada di http://oceanebleue.multiply.com
A Fun Fearless Female traveler (The Jakarta Post April 22nd, 2012) who likes to share her story on romance traveling novel. Author of best selling romance traveling novel, "Cinderella in Paris" & some books. Here, she wanna share her writing & photos (mostly about traveling physically and mentally aka contemplation). contact : sarimusdarcom@gmail.com twitter :@realsarimusdar unless mentioned, all pics are Sari's property
Trip With Sari Musdar
Facebook Badge
2011/04/22
Sekali ke Sydney, pulau Manly jangan terlampaui
Former legal & HR practioner who finds peace in tafakir, writing and traveling. Book Author of best selling #cinderellainparis & some travel books. Founder of @click4tripID & @duniakerjaID | Mostly writing about traveling, tafakur and up to date info.
| Instagram @SariMusdar |
Facebook : Sari Musdar. Sari can be contacted at sari.musdar09@gmail.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
gw juga cewe asia, kecil, polos dan baru saja booking hostel di king cross juga hahahaa...
ReplyDeletemila,
Delete....dan selamat :D