Trip With Sari Musdar

Trip With Sari Musdar
Spring Euro Trip With Sari Musdar

Facebook Badge

2011/07/02

F R E N E M Y (Friend-enemy) Serigala bergincu -bagian 1

Pernah punya teman yang maunya jadi pusat perhatian, merasa lebih cantik dari kita, selalu bikin kita minder, dan ngga pernahmau ngalah dari kita? Dalam kamus gaul bule, ini disebut "frenemy".

Tulisan di bawah diambil dari Cinderella in Paris, novel pertama saya, yang pastinya sih pernah kejadian dalam hidup saya.

Monggo dibaca :-)

FRENEMY – SERIGALA BERGINCU!




Tujuh hari sebenarnya belum cukup untuk menikmati kota Paris yang indah, romantis dan berbau seni, di saat aku mulai paham dan terbiasa dengan sistem transportasi Ile-de-France (kawasan Paris dan sekitarnya). Tetapi karena Vany harus kembali ke Indonesia 6 hari lagi, kami melanjutkan perjalanan ke Luxembourg. Kenapa ke Luxembourg? Karena itulah negara terdekat dengan Paris yang sebagian besar penduduknya dapat berbicara dalam bahasa Perancis. Alasan historikal lainnya, aku ingin sowan ke negara asal mantan pacar jarak jauhku, Stefano. Dua hari yang lalu kakakku memesan tiket di situs Thalys dan entah kenapa aku dan Vany mendapatkan nomor kursi yang berbeda gerbong, aku di gerbong 16, sedangkan Vany di gerbong 15.

Tidak ada peristiwa luar biasa yang terjadi di kereta Paris – Luxembourg ini. Aku sedang sibuk menghapal beberapa kata dalam kamus sakuku, ketika di salah satu stasiun setelah Stasiun Paris Est masuk beberapa penumpang. Salah satunya lelaki mirip tokoh utama film Prison Break, dengan kemeja putih terang, dasi garis-garis miring pink dan abu-abu serta jas yang sama dengan warna celananya, garis-garis halus abu-abu. Semula aku berharap dia duduk di sampingku. Sayangnya dia terus berjalan menjauh ke gerbong di belakangku. Aku kembali hanyut mendengarkan musik dari Ipodku. Beberapa menit kemudian saat lagu Night Swimming dari REM mulai mengalun di telingaku, si Prison Break muncul di hadapanku,

“Excusez moi”

Aku berdiri menyilakan dia duduk di dekat jendela, dan kemudian melanjutkan menikmati lagu Night Swimming-ku. Beberapa kali aku melihat dia mencuri lirik ke arahku yang sedang membuka-buka kamus saku “Langenscheidt.

“Bisa bahasa Perancis?” tanyanya memulai pembicaraan dalam bahasa Perancis.

“Baru belajar”, jawabku.

Hening beberapa menit kemudian. Aku melihat dia mengeluarkan majalah, sempat kubaca judul “Psychology” di halaman sampulnya.

“Lulusan Psikologi?” tanyaku kembali melanjutkan pembicaraan yang masih kaku.

“Oh ini?” lelaki di sebelahku menunjukkan majalah yang ia baca.

Aku mengangguk.

“Nope, saya baca ini untuk persiapan wawancara kerja tadi. Saya lulusan ekonomi di Polythecnique ENSAE”, lanjutnya lagi sambil mengulurkan tangan, “Stephane”

“Saras, je suis ravi”

“Liburan kuliah?” tanyanya.

“Hahaha. Saya terlihat semuda itu?” aku tertawa renyah, “Thanks. Saya sudah lulus beberapa tahun lalu dan sudah bekerja”

Untunglah empat jam perjalanan ke Luxembourg tidak berlalu dengan hanya kesepian di sepanjang lorong kereta. Aku mendapatkan teman sebangku yang menyenangkan, lelaki muda perancis yang baru saja pulang dari wawancara kerja di salah satu perusahaan di Paris. Stephane mempunyai wawasan yang luas, dan yang terpenting, bahasa Inggrisnya lancar sehingga aku bisa berkomunikasi dengan lancar tanpa perlu mencontek kamus. Sayangnya pembicaraan yang menyenangkan ini harus terhenti karena Stephane harus turun di stasiun Metz di perbatasan Perancis-Luxembourg, tempat kediaman orang tuanya.

Sari Musdar- Cinderella in Paris
 

No comments:

Post a Comment

Any comments, share your experience or ask?