Trip With Sari Musdar

Trip With Sari Musdar
Spring Euro Trip With Sari Musdar

Facebook Badge

2013/01/18

Freelance, work with passion

Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life. -CONFUCIUS


Freelancer / self employment mungkin saat ini masih dianggap sebelah mata oleh kebanyakan pekerja Indonesia sebagai alternatif sumber penghasilan. Banyak orang menganggap freelancer pekerjaan jenis informal yang kesannya “ngga wah” seperti pekerja kantoran. Siapa orang yang mau kelihatan “di rumah saja’’ saat  sebagian orang usia produktif heboh pergi ke kantor? Belum lagi pertanyaan orang, “si ini kerjanya apa ya, kok ngga pernah keliatan pergi ngantor tiap pagi?” Walaupun mungkin kegiatan “di rumah saja” itu tetap saja kita sibuk di depan lap top dan alat komunikasi.

Saat saya lulus kuliah dulu, pasti tidak pernah terpikir untuk menjadi freelancer. Lulus kuliah berkhayal kerja kantoran di Law Firm daerah Sudirman (Sudirman Central Business District) yang terkesan super keren dimata kami anak yang baru lulus kuliah. Itu dulu. Setelah mengalami banyak pindah kantor bahkan bekerja di daerah terpencil di Tambang emas di Papua, tidak tahan dengan office politic atau pun workplace bullying membuat saya berpikir untuk melihat alternatif lain mendapatkan uang.

Ada banyak teman saya yang hebat, cerdas, tapi kemudian setahun yang lalu mereka memutuskan pekerjaan sesuai passion / minat. Sebut saja teman saya di SMA Tarki, engineer di perusahaan multinasional asal Jerman, setahun sebelum resign saya perhatikan sering mengeluh tentang bagaimana macetnya Jakarta dan perjuangan untuk mencapai kantor (dia perempuan sudah menikah dan punya anak) di Facebook. Lama tidak mendengar kabar dia, tiba-tiba saya ketahui dia sudah menjadi penulis skenario film layar lebar yang bukan ecek-ecek.  Satu lagi teman saya, IQ bisa dibilang jenius (teman saya sebelumnya juga) lulusan Sarjana Teknik, pernah bekerja di Advertising, memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan kantoran dari Agency yang terkenal, demi memajukan Sanggar Ballet milik orang tuanya yang sangat terkenal di Jakarta. Apakah kedua teman SMA saya memutuskan untuk banting stir dari pekerja kantoran ke self employment secara spontan? Tentu saja tidak. Sebelum memutuskan untuk alih profesi, mereka sudah “investasi” supaya punya bekal yang cukup dan PD di bidang tersebut. Teman pertama ikut kursus penulisan skenario, teman kedua ikut kursus ballet di Eropa.

Di saat sebagian orang masih memandang sebelah mata pada freelancer, di saat orang masih berpikir freelancer pekerjaan yang ecek-ecek, artinya tidak profesional, saya memutuskan untuk mencoba beralih menjadi freelancer. Walaupun ibu saya yang keluarganya dari keturunan “ambtenaar” masih tetap memaksa saya untuk menjadi karyawan. Godaan memang cukup besar, apalagi dengan masa-masa adaptasi (termasuk dari segi penghasilan karena masih baru) yang cukup sulit, anggapan orang-orang yang memandang rendah kesannya 24 jam kita tidak punya pekerjaan, godaan dari executive search yang sering menelpon saya menawarkan posisi HRManager di perusahaan Multi Nasional. Keputusan menjadi seorang freelancer memang bukan keputusan emosional, tapi harus dipikir masak-masak. Segi positif dari freelancer adanya keleluasaan waktu terutama untuk mereka yang hobi traveling dan punya anak, dan kita bisa mencapai target jika kita lebih disiplin dan pandai mengelola diri dan bisnis kita.

Berikut saran yang saya dapatkan dari Mbak Susan J, freelancer yang sudah 20 tahun malang melintang di dunia periklanan.
  1. Jangan memutuskan banting stir jadi freelancer karena keputusan emosional (dibully boss, bosan dgn pekerjaan, ngga tahan lihat macet) Harus tahu kelebihan dan kekurangan, tantangan, kompetitor dan juga minat kita.
  2. Punya pengalaman kerja minimal 10 thn / jika freelance di bidang yg beda dgn pekerjaan sebelumnya, punya "bekal" (ilmu, skill, network yg cukup / punya 'nama' yg dikenal calon konsumen)
  3. Punya uang tunai minimal 6 bulan gaji terakhir, punya asuransi kesehatan (penting karena kalau kita nanti sakit, ada asuransi yang menanggung biaya perawatan kesehatan)
  4. Self determination &  self discipline, harus lebih rajin, pro active dan disiplin dari orang kantoran, kita sendiri yang mengatur diri dan mengatur target pekerjaan.
  5. Punya personal branding, misalnya penulis pastinya banyak, tentukan personal branding sehingga orang akan ingat kita/ produk kita
  6. Silahturahmi jalan terus meskipun tidak langsung menghasilkan duit, we never know from whom we get clients :) kalau aslinya pemalu/ introvert harus meningkatkan kemampuan komunikasi dan interpersonal tanpa kelihatan “fake
  7. Time management, tentukan time line project yang kita handle. Jangan kemaruk terima pekerjaan baru saat pekerjaan sebelumnya belum selesai
  8. You sell your self (and after that your product) buat kartu nama yang mewakili diri dan produk kita dan menginformasikan produk/ jasa yang kita jual. Gunakan social media semestinya, jangan asal ngomong/ nyinyir
  9. Harus lebih profesional dari orang kantoran, cause you bring your own name & your own reputation :)
Terakhir ini tambahan dari saya, harus yakin, Allah Maha Kaya, kalau kita usaha, 'jual diri' dengan baik, komunikasi baik, silahturahmi OK, sedekah lancar, rezeki/ orderan akan datang. Rezeki kan  ngga harus dari bos / perusahaan employer kita. Saat ini saya sedang membantu seorang entrepreneur muda menulis buku tentang entrepreneurship, usianya masih muda, 23 tahun, kuliah tidak selesai, bukan dari kalangan berada, tapi dia sangat hebat tentang social media dan pemanfaatannya untuk bisnis. Keberhasilan dia mengelola bisnisnya (penghasilan dgn omzet ratusan juta rupiah) dan bahkan memotivasi ratusan ribu orang untuk berbisnis ini yang menggugah diri saya. Keberhasilannya mematahkan banyak mitos tentang bisnis adalah bakat atau berkaitan dengan etnis tertentu.

Jadi buat apa malu sebagai freelancer? Selama kita tidak korupsi dan mendapat uang halal? Apalagi bagi mereka yang tinggal di jakarta yang sering mengeluh macet dan harus memakan waktu 2 jam lebih kemana-mana.

http://www.facebook.com/smusdar
twitter @sarimusdar

No comments:

Post a Comment

Any comments, share your experience or ask?