Bulan Desember ini banyak film Indonesia yang bagus ya,
salah satunya yang sudah saya tonton Film “99 Cahaya Di Langit Eropa”
(selanjutnya disingkat 99CDLE). Senang rasanya melihat kemajuan industri film
Indonesia. Dan 99CDLE adalah film Indonesia kesekian yang berlatar belakang dan
mengambil cerita tentang Eropa. Film ini memang diadaptasi dari novel laris
Hanum Rais yang berjudul sama. Kebetulan dan saya sangat beruntung, Jumat pekan
lalu saya mendapat undangan dari “Public Relation Edelman” untuk menonton gala
premier film 99CDLE.
Memang agak sulit menuangkan tulisan dalam buku ke media
film, biasanya jika novel laris difilmkan, banyak pembaca novel yang setia kurang puas dengan versi film dari novel.
Hanum juga sempat menceritakan itu di saat press conference Gala Premier film ini.
Tapi menurut saya, Film 99CDLE berhasil melakukan kompromi yang bagus, memilah-milah
apa yang harus dimasukkan dalam film ini, dan beberapa adegan tetap menggunakan
bahasa asli penutur. Ini mungkin bisa terjadi karena kerjasama yang baik antara
penulis dengan tim Maxima Pictures dan mungkin juga karena keterlibatan
langsung penulis dalam penulisan skenario Film 99CDLE.
Jika diibaratkan secangkir minuman, Eropa bisa dibilang
seperti minuman surgawi yang makin diteguk makin membuat orang penasaran. Walau
sudah banyak novel & film dibuat dengan setting tempat Eropa atau ide cerita
tentang Eropa, tetapi Eropa tidak pernah kering menginspirasi para penulis
novel dan pembuat film. Film 99CDLE bercerita tentang Eropa dari sudut pandang idealisme
dan jati diri penulis novel Hanum Rais dan Rangga sebagai muslim. Kebetulan
disanalah secara “kebetulan” Hanum rais mendapatkan pencerahan. Film 99CDLE memang
berdasarkan kisah nyata penulis novelnya dan menurut saya Hanum Rais sungguh
beruntung dipertemukan Tuhan dengan Fatma Pasha, wanita muslimah keturunan
Turki yang tinggal di Vienna. Dari pertemuan dengan Fatmalah cerita bergulir dan
mempertemukan Hanum dengan ahli sejarah, wanita Perancis, Marion yang juga mualaf.
Di film ini kita tidak hanya disuguhkan gambar-gambar indah
Vienna, Paris, Istanbul, Cordoba (bagian 2) dengan sudut-sudut pengambilan
kamera yang tidak biasa, tapi juga belajar bagaimana kehidupan toleransi
beragama di Eropa. Film 99CDLE membawa saya pada pelajaran sejarah di SMP dulu,
guru sejarah saya, Bu Har sangat semangat saat menceritakan sejarah Jaman Pertengahan,
saat Islam sedang jaya-jayanya dan mempengaruhi Eropa dalam berbagai aspek.
Kebetulan saya sudah 2 kali ke Musee du Louvre di Paris seharian penuh, karena
saya suka melukis dan tertarik dengan sejarah dunia, tapi dari Film 99CDLE saya
baru tahu ada tulisan "Laa Ilah ha ilallah" di kerudung Bunda Maria
dan lukisan Monalisa (“la joconde”).
Jaman Pertengahan memang banyak seniman
eropa yang menulis tulisan Arab tanpa tahu apa artinya. Ini contoh budaya Islam
yang mempengaruhi seni rupa Eropa. Inti dari film ini adalah toleransi beragama
dan saling menghargai manusia. Terutama untuk muslim tidak malu dengan jati
dirinya sebagai muslim saat tinggal di Eropa, tapi tetap bisa beradaptasi dan
bergaul dengan sesama manusia terutama tetangga di sana. Pesan-pesan itu
dikemas apik tanpa kita merasa sedang digurui. Sungguh saya sangat khusyuk
menikmati film 99CDLE, hingga pada scene Hanum dan Rangga bertemu Fathin,
penyanyi remaja yang sedang naik daun, yang di film diceritakan sedang shooting
video klip di Vienna, kekhusyukkan saya terburai dan terusik.
Inilah industri film, mungkin Fathin dimasukkan sebagai
penarik penonton remaja. Padahal menurut saya tanpa ada Fathin film ini sudah
sangat menjual, atau tidak masalah Fathin dimasukkan tapi sebagai pemeran salah
satu tokoh, pastinya akan lebih “ngga maksa”.
Lepas dari satu keluhan saya di atas, secara garis besar,
film ini sangat menarik untuk ditonton bahkan berkali-kali dan saya sudah tidak sabar menunggu bagian kedua dari Film 99CDLE!!
Oia, acting para pemeran dalam Film 99CDLE patut diacungi jempol, kebanyakan dari mereka pemain sinetron, tapi di film ini kebanyakan dari mereka bermain bagus dan natural. Permainan pendatang baru dan juga aktris cilik, Gecca yang berperan sebagai anak Fatma menarik perhatian saya, dan juga Raline shah yang bermain apik dan sangat kelihatan bersahaja di film ini, termasuk juga Alex Abad, mantan VJ MTV ini bisa bermain apik sebagai muslim fundamental (dalam artian berusaha mematuhi semua ajaran islam, salah 1 contohnya lebih memilih Sholat Jumat dibandingkan ikut test di kampusnya) asal Pakistan.
Oia, acting para pemeran dalam Film 99CDLE patut diacungi jempol, kebanyakan dari mereka pemain sinetron, tapi di film ini kebanyakan dari mereka bermain bagus dan natural. Permainan pendatang baru dan juga aktris cilik, Gecca yang berperan sebagai anak Fatma menarik perhatian saya, dan juga Raline shah yang bermain apik dan sangat kelihatan bersahaja di film ini, termasuk juga Alex Abad, mantan VJ MTV ini bisa bermain apik sebagai muslim fundamental (dalam artian berusaha mematuhi semua ajaran islam, salah 1 contohnya lebih memilih Sholat Jumat dibandingkan ikut test di kampusnya) asal Pakistan.
Nah silakan simak dulu trailer film ini :)
No comments:
Post a Comment
Any comments, share your experience or ask?