Trip With Sari Musdar

Trip With Sari Musdar
Spring Euro Trip With Sari Musdar

Facebook Badge

2010/06/20

Bab 1 - Membeli Pacar dalam karung

Tulisan ini hanyalan nukilan beberapa alinea dan bukan kutipan utuh dari Bab 1 (Cinderella in Paris)
 Waktu entah mengapa berjalan sangatlah cepat di saat kita tidak memperhatikan kehadirannya detik demi detik. Tanpa kusadari tiga bulan lagi aku akan merayakan ulang tahun ke 28. DUA PULUH DELAPAN! Inilah sisi kurang menyenangkan mereka yang mempunyai wajah dan penampilan awet muda seperti aku.  Keawetmudaanku  telah membuat aku alpa melihat data usia yang sebenarnya seperti yang tertera di KTP. Orang – orang di sekitarku pun seolah-olah telah tersihir oleh penampilan dan wajah imut-imutku. Sepertinya setelah kuamati semua foto-fotoku, wajahku tidak mengalami perubahan berarti sejak lulus SMA 11 tahun lalu.

Aku mulai curiga muka baby faceku ini akibat kutukan lagu “Forever Young” dari Alphaville versi remix yang sering aku nyanyikan berulang-ulang dengan lantang di kamar sambil memegang sapu lidi sebagai mikrofon dan berjingkrak-jingkrak di atas tempat tidur. Gerakanku kusesuaikan dengan irama disco yang bertempo cepat menghentak-hentak dan bersemangat dari lagu tersebut.

Konser musik “Forever Young”ku itu biasanya terpaksa aku hentikan jika ibu mendatangi kamarku. Padahal aku tengah semangat bergoyang-goyang kerasukan lagu tersebut sambil mengumandangkan refrain yang membuat aku bertahun-tahun kemudian awet muda.

    Forever young, I want to be forever young

    Do you really wanna live forever….. forever…. and ever… young


     “Ealah ndok! Anak perempuan kok jingkrak-jingkrak di tempat tidur! Ngga ilo!” begitulah kata-kata yang ibu ucapkan dari balik pintu kamar.

Aku seperti biasa hanya cengengesan karena tertangkap tangan sedang berteriak-teriak seperti penyanyi Freddy Mercuri di panggung.

    “Ini sapu lidi buat apa? Kamu ini perempuan apa cah lanang tho ndok?” suara ibuku sambil mengambil sapu lidi dari tangan kiriku.
“Ayo beresin kamarnya!”

Aku melihat dia mengelus dadanya. Itu tandanya aku harus menghentikan konser tunggalku. Mungkin ibu bertanya-tanya mengapa putri keempatnya ini seperti anomali diantara ketiga putrinya yang lain. Kakak-kakakku senang bermain boneka, aku malah senang bermain perang-perangan dengan mainan adik laki-lakiku, Pit. Ketiga putri yang lainnya senang bermain masak-masakan, aku malah bermain sepak bola dan kejar-kejaran polisi-penjahat bersama anak-anak laki di sekitar rumahku. Dan setelah aku remaja ibu mendapati anak perempuan keempatnya ini berlompat-lompat di atas kasur dengan sapu lidi di tangan kiri bergaya layaknya penyanyi rock terkenal.



selanjutnya? baca di novel "Cinderella in Paris"

No comments:

Post a Comment

Any comments, share your experience or ask?