Trip With Sari Musdar

Trip With Sari Musdar
Spring Euro Trip With Sari Musdar

Facebook Badge

2010/06/19

Orang Ketiga & Facebook

Catatan : Perselingkuhan, datang perlahan-lahan bagai bom waktu, dimulai dari rasa simpati.... Maka waspadalah menjaga hati ^_^

Orang ketiga dalam sinetron Indonesia biasanya digambarkan wanita yang berpenampilan sexy dengan pakaian yang menonjolkan kemolekan tubuhnya dan senang menggoda lelaki dengan kerlingan mata menggoda, dan bibir yang sering memelet tersapu pewarna bibir merah menyala", Reina mulai mengetik di laptopnya. "Aku sama sekali jauh dari deskripsi orang ketiga tersebut”, wanita ini bergumam dan melanjutkan novel yang tengah ia buat.

Reina, wanita keturunan Sumatera Barat dan Solo dengan kulit terang, berpenampilan sederhana tapi elegan dan tingkah lakunya terkesan cekatan serta cerdas, memang sangat jauh dari kesan tipikal orang ketiga apalagi wanita penggoda. Pakaiannya konservatif, terkesan tidak ingin memamerkan lekuk-lekuk tubuh yang terbentuk dengan indahnya sejak ia berusia dua puluh satu tahun, 9 tahun yang lalu. Atas berkah tersebut dia sangat bersyukur. Sebagai orang yang senang makan dan malas berolahraga, dia tidak perlu menderita karena diet.  Tidak perlu juga berpeluh keringat di gym demi membuang kalori berlebih. "Tuhan memberkatiku dengan metabolisme yang  sempurna," ucapnya  dalam hati sambil mengunyah coklat batangan.

12 Agustus setahun yang lalu

“Hai Rein. Sorry aku ngga bisa makan siang bareng, ada conference call dengan HR Asia Pacific, Mitha juga ngga bisa, dia mesti ke kantor Notaris”, suara Eva di seberang airphone. Terpaksa hari ini Reina makan siang sendiri di kubikel dengan menu gado-gado yang dibeli office girlnya dan secangkir milo dingin. Sambil mengaduk-aduk lontong, tahu, telur, dan beraneka macam sayuran di piringnya, matanya tidak terlepas dari facebook di layar komputer. Hari ini saat makan siang di meja kerjanya dia mengobrol di fasilitas messenger Facebook dengan seorang teman yang ia kenal sejak enam bulan lalu sekedar untuk praktek bahasa Perancis.

Percakapan semula hanya basa-basi dan kemudian membahas tentang musik yang kebetulan sama -sama mereka sukai, Muse, Linkin Park dan U2. Lelaki yang usianya tiga tahun lebih muda dari Reina, tetapi sudah menikah dan mempunyai dua anak, dengan semangat menceritakan rencananya untuk menonton konser U2 di Paris minggu depan.

Hari-hari berikutnya setiap jam makan siang, ada menu tambahan untuk Reina, chatting dengan Jerome. Setiap jam 12.00, ia mengecek Facebooknya dan berharap muncul kotak percakapan dari Jerome. Hari ini mungkin hari keduabelas mereka berbicara di dunia virtual dan pembicaraan mulai mengarah ke kehidupan pribadi mereka berdua. Jerome layaknya seorang ayah teladan yang bangga dengan anak lelakinya bercerita tentang Nolan yang tidak menangis di hari pertama masuk kelas Play Group. “Ah sungguh tipe lelaki yang kebapakan”, Reina mulai menaruh simpati.

30 Agustus masih di tahun yang sama

    Reina mulai merasa chatting sebagai makanan penutup termanis di waktu makan siangnya. Saat dia pergi makan dengan teman-teman kantornya, atau saat dia meeting di jam makan siang, yang menyebabkan hilangnya waktu chatting bersama Jerome, dia merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya hari itu dan bertanya-tanya apa kabar lelaki dengan pipi berdekik jika senyum hari itu.

9 September

“Ada yang salah dalam diriku”, Reina mendesis. Setiap pagi ia semangat berangkat ke kantor karena ada yang dinanti di jam 12.00. “Gawat! Aku mulai kecanduan chatting dengan Jerome!”

Samar-samar Reina mendengar alarm dari hati nuraninya dan ia ingin menghilangkan rasa ketergantungan itu. "Aku wanita kuat!" tegasnya. Hari ini ia berjanji tidak akan membuka facebook dari jam 12 hingga satu siang karena ingin menghilangkan kecanduan chatting dengan Jerome. Jam 12.10, ia tak kuasa mengintip facebooknya.

Box messenger terbuka dan Jerome menulis “Kikou ma fleur”. Baru saja ia ingin mengetik “Salut”, kepala Mitha sudah tersembul di balik kubikelnya

    “Hai bu, makan yuk, jangan rajin-rajin kalau kerja, tomorrow never dies hihihi”, canda Mitha.

    “Ah Mit, gue pikir masih meeting tadi”, Reina menghela nafas, bersyukur terselamatkan oleh kehadiran temannya, sehingga tidak jadi membalas pesan Jerome dan ia tidak wan prestasi dengan nuraninya.

16 September

Sudah 7 kali makan siang Reina absen dari percakapan dengan Jerome. Sore hari sebelum pulang kantor, ada inbox dalam Facebooknya : “Tu me manques”.

“Ah, Jerome mengirim pesan yang romantis”, Reina membaca pesan tersebut sambil tersenyum-senyum. Lelaki asal Bethune itu bertanya -tanya mengapa dia tidak muncul tujuh hari berturut-turut di messenger Facebook.

20 September : Obrolan perdana di Skype dengan Web Cam

Ternyata chatting di messenger facebook tidaklah cukup untuk menumpahkan perasaan kedua insan yang semakin lama semakin menaruh simpati.

    “Rein, foto yang baru kamu pasang di Facebook tadi bagus sekali, kamu cantik dengan baju tradisional warna merah”
    “Oh itu kebaya dan kain songket, foto itu diambil sebulan lalu di acara pernikahan temanku”
    “Aku ingin melihat mata kamu langsung, bukan di foto, Reina!”

Percakapan itulah yang membawa mereka pada janji mengobrol di skype dengan kamera. Inilah kali pertama mereka melihat langsung wajah dan gerak tubuh masing-masing melalui kamera di komputer. Jerome melihat pipi Reina bersemu merah dengan senyum manis dari bibir sexy berisi, cantik sekali, dan dia mengucapkan itu tanpa malu dengan senyum termanisnya, dan mata berwarna hijau bening berseri-seri.

Ca va Reina, kamu jauh lebih cantik dari foto-foto di facebook!”            

    Reina semakin malu tetapi senang, sama seperti saat dia jatuh cinta pertama kali dengan Dimas, lelaki  blasteran Jawa-Perancis teman satu kelasnya di SMP dulu.

“Reina, sekarang dia mulai menggoda kamu, ingat dia suami dari seorang perempuan, ayah dari dua anak!” suara dari dalam hati tiba-tiba muncul tanpa peringatan.

"Ini hanya chatting, dan aku bukan wanita ketiga, aku tidak menggoda, aku hanya mendengarkan ia berkeluh kesah dan impiannya" Reina meyakinkan nuraninya yang selalu mengingatkan dia untuk tidak terlibat dalam perselingkuhan, apalagi suami orang.

“Tapi aku melihat semburat merah di pipi kamu dan kamu nampak senang dengan pujian dia tentang fisik kamu!” sang nurani kembali mengingatkan, “semburat dan tatapan mata yang sering aku lihat saat engkau jatuh cinta pada lelaki!”

“Apa salahku jika orang memuji dan aku memberikan senyum termanisku?” bela Reina, “aku sudah besar, aku bisa mengontrol diriku selama ini”

“Ingat Reina, kamu pernah menangis semalaman saat kamu masih kecil, ketika kamu melihat dengan mata kepala sendiri ayahmu digoda oleh Tante Sri yang kamu sebut-sebut ganjen dan kemayu? Saat ada pertengkaran besar di rumah yang kamu dengar pertama kali dalam hidupmu antara ibu dan ayah karena ayah selingkuh dengan Tante Sri si pemilik salon?” nurani Reina tak lelah mengingatkan tuannya yang mulai didera cinta terlarang.

“Nurani! Tega-teganya kau samakan aku dengan Tante kemayu dan centil itu?” hardik Reina sambil merebahkan diri di tempat tidur. Percakapan antara nurani dan Reina untuk sementara terhenti, karena sang pemilik langsung tertidur meninggalkan sang suara hati yang menangisi sang tuan.

1 Oktober
Jerome menceritakan dia mulai bosan dengan pasangan hidupnya yang dulu ia kenal di tempat kuliah di Strassbourg dulu.

`"Dia sama sekali tidak pernah puas dengan apa yang aku lakukan. Je pense a toi toujours, Reina”, katanya kali ini dengan mengiba. Reina melihat wajah Jerome yang sangat merana. Jerome mendekatkan wajahnya ke webcam.

"Ah mata hijau itu sangat hampa", desis Reina dalam hati. "Seandainya aku ada di sana Jerome, aku ingin memelukmu", ragu-ragu Reina mengetik kata-kata yang terus menari-nari dalam otaknya dan akhirnya jarinya tanpa minta konfirmasi terlebih dahulu pada sang tuan langsung mengklik tombol “enter” sehingga muncullah tulisan itu di box skype.

Jerome tersenyum, memberikan kecupan di depan kameranya, Reina menggigit-gigit ujung jari manisnya karena malu kata-kata yang selama ini hanya dia simpan dalam otaknya tertransfer ke layar komputer dan terbaca oleh lelaki yang mulai ia cintai.

10 Mei satu tahun kemudian, Amsterdam.

Reina dan Jerome bertemu di stasiun Amsterdam Centraal, keduanya tanpa malu dan tidak berusaha menutupi kerinduan yang terpendam selama ratusan hari dengan penuh cinta berpelukan hangat di depan orang banyak yang bersliweran di tengah keramaian Amsterdam di musim semi. Jerome meninggalkan satu kecupan lembut di kening Reina yang masih dingin, ia baru saja datang dari Jakarta hari ini dari Bandara Schipol begitu juga dengan Jerome yang baru keluar dari kereta Amsterdam.

Hari ini lelaki perancis itu mengajak Reina melihat keindahan bunga tulip di Keukenhof, 6 hari sebelum taman tulip ini ditutup untuk umum. Entah karena letupan cinta, rindu ataukah keindahan warna warni bunga tulip yang bermekaran di sekujur taman ini, keduanya bagaikan sepasang kekasih yang kasmaran melupakan keindahan bunga tulip.

"Kamu lebih cantik dari yang aku lihat di foto-foto dan webcam kamu, kamu lebih cantik dari bunga-bunga tulip ini ma fleur," puji Jerome sambil mendaratkan kecupan singkat di pipi Reina saat mereka berjalan.

16 September satu tahun kemudian di Jakarta
"Maafkan aku Bang Ito, kamu adalah lelaki pertama yang aku cintai dan hormati,  suami yang baik dan penuh kasih sayang, dan juga ayah yang sabar bagi kedua anak-anak kita, tetapi sungguh, ini diluar kuasaku sebagai perempuan, aku sudah lama tidak merasakan cinta yang menggelora seperti ini, dengan Jerome aku merasakan bertemu belahan jiwaku di dunia lain yang saat ini kutemukan".

Ito Siregar tidak lagi menangis saat ia membaca pesan singkat yang ditinggalkan istrinya di telepon seluler lebih dari satu tahun yang lalu. Pesan itu dikirim Reina, istrinya yang sama sekali tidak centil dan kemayu itu, tanggal 16 Mei satu tahun yang lalu saat istrinya dan kekasihnya Jerome sedang berada di suatu hotel di kota kecil Trier yang berada di perbatasan Jerman dan Luxembourg. Ito yang saat itu sedang tugas di sebuah pulau kecil di Natuna, sangat terkejut hingga ia semaput dan jatuh pingsan di dalam baraknya hingga sempat membuat heboh rekan-rekan kerjanya.

Tidak pernah ia menyangka hal ini akan menimpa dalam hidupnya, apalagi Reina melakukan ini kepadanya, perempuan yang telah ia kenal sejak duduk di semester satu di Yogyakarta sebelas tahun silam.
Reina yang ia kenal adalah perempuan tomboy dan jutek pada semua lelaki yang mendekatinya. Butuh waktu dan perjuangan keras untuk bisa melunakkan kekerasan hati dan kepala perempuan campuran Minang-Solo itu. Hingga pada suatu malam setelah ia melamar Reina, setelah beberapa kali ditolak, perempuan yang dicintainya sejak OSPEK hari pertama itu bercerita tentang sakit hatinya pada ayah yang selingkuh dengan Tante Sri pemilik salon yang tinggal tidak jauh dari rumah orang tuanya.

“Aku trauma, aku sakit hati to, aku janji tidak akan menikah dengan siapa pun”, ucap Reina saat itu dari bibirnya.

    “Reina, aku tahu perasaan kamu..”

Reina menepis tangan Ito yang membelai lembut kepalanya.

“Kamu ngga tau apa-apa to! Keluarga kami selama ini rukun-rukun saja, setiap liburan kami pergi piknik, ke rumah eyang di Solo dan nenek di Bukit Tinggi. Aku benci dengan Tante kemayu itu! Sejak dia hadir dalam hidup ayahku, rumah kami bagai neraka! Piring terbang, makian, teriakan, kata-kata kasar dari orang yang dulu kuhormati dan kusebut ayah! Aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan dia, jijik aku dengan lelaki seperti itu!”, Reina meradang dan mendorong Ito yang berdiri di hadapannya, tetapi Ito dengan tangkas mencekal lengan kanan perempuan yang dicintainya itu.

“Dengar Reina, dengar! Kalau kamu merasa kehidupan kamu lebih sengsara, kamu salah! Ayahku meninggalkan kami sejak aku belum mengenal bangku sekolah demi seorang wanita muda molek yang telah membutakan mata hatinya. Ibuku harus berjuang keras untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya. Ibu adalah pejuang kami, dia wanita yang sangat lembut dan penuh kasih tapi tegar.”

Reina menatap nanar wajah Ito, pria Batak yang terlihat lembut untuk stereotipe lelaki Batak.

“Cinta bagaimanapun asalnya indah Rein, begitu juga dengan pernikahan yang dibangun oleh perasaan yang kuat dari dua orang yang saling mencintai dan berjuang untuk cinta mereka”. Ito meyakinkan Reina dengan menatap kedua mata bulat itu lekat-lekat.

"Orang ketiga dalam sinetron Indonesia atau film film biasanya digambarkan wanita yang berpenampilan sexy berpakaian menonjolkan kemolekan tubuhnya dan senang menggoda lelaki dengan kerlingan mata", Ito membaca kembali naskah novelnya, "Reina sama sekali jauh dari deskripsi orang ketiga tersebut! Dia hanyalah perempuan yang dimabuk cinta dan bayangan semu telah menemukan belahan jiwa”.

Suara tepuk tangan penonton membahana di lobby hotel Ritz Carlton Jakarta. Ito tidak lagi sedih apalagi pingsan membaca sms dari mantan istrinya Reina, sejak ia tahu Reina dan kekasihnya meninggal dalam kecelakaan di mobil yang mereka kendarai di Trier, mungkin satu hari sejak mereka melakukan pengkhianatan cinta di kamar hotel.

Dendam dan sakit hatinya menguap pergi. Ito tidak perlu sedih, karena kini ia telah menjadi penulis novel terkenal atas cerita pengkhianatan cinta oleh orang ketiga dan menemukan pengganti istrinya, Sabrina, pemeran Reina dalam film yang ceritanya diambil dari novel yang Ito tulis, naskah yang dulu pernah ditulis istrinya dan dia temukan di lemari kamar.

Catatan :
Salut = Salam
Ma Fleur = bungaku
Ca va = Apa kabar?
Tu me manques = aku rindu kamu
Je pense a toi toujours = aku selalu memikirkanmu 


*Sari musdar

No comments:

Post a Comment

Any comments, share your experience or ask?