Trip With Sari Musdar

Trip With Sari Musdar
Spring Euro Trip With Sari Musdar

Facebook Badge

2010/06/20

Bab 2 - Pangeran Jawa

Tulisan ini hanyalan nukilan beberapa alinea dan bukan kutipan utuh dari Bab 2 (Cinderella in Paris)


 Menyimak kisah kencan butaku yang berakhir dengan kegagalan seperti ceritaku tadi, pasti kalian mengira kehidupan percintaanku menyedihkan. Sebenarnya tidak juga, justru banyak pangalaman lucu dan indah. Dulu sewaktu aku kuliah, aku sempat mengenal empat lelaki yang sempat memasuki hidupku. Saat kami memasuki dunia remaja, ibu  sering menasihati keempat anak perempuannya.

“Anak SMP itu masih kecil. Tugas kalian ya belajar. Ngga usah ikut-ikutan teman pacaran. Apa itu istilahnya, cinta monyet? Lha wong kalian kan bukan monyet!” Aku dan Mbak Asri serempak segera mengangguk, karena sadar kami bukan monyet.

“Nanti saja kalau sudah kuliah, kalian sudah ajeg, sudah dewasa. Cari pasangan hidup. Calon insinyur kalau bisa, seperti pakde-pakdemu itu" Ibu membenahi letak taplak meja kemudian melanjutkan, "calon dokter juga bagus”.

Ibu memandangi motif bordiran bunga di atas taplak sambil tersenyum-senyum. Aku dan Mbak Asri ikut-ikutan melihat gambar bunga-bunga berwarna ungu dan merah di atas taplak berwarna pink. Kami saling berpandangan keheranan, kemudian memperhatikan wajah Ibu yang masih tersenyum sumringah. Aku menduga dia sedang membayangkan keempat putrinya berhasil menikah dengan dokter dan insinyur.
    “Yo wes, sana mandi, siap-siap ngaji sama Pak Sadikun!” ucap ibu mengakhiri wejangannya.




Pasigaran sebenarnya terletak tidak terlalu jauh dari peradaban kota, karena jaraknya hanya satu setengah jam dari kampus UNPAD-Dipatiukur. Tetapi aku harus menempuh perjalanan dengan menggunakan berbagai macam alat transportasi untuk bisa sampai ke desa yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani padi, tembakau, palawija dan pengrajin kerupuk beras. Dari kampus UNPAD Dipatiukur aku naik bis damri ke depan kampus UNPAD Jatinangor, yang dilanjutkan dengan minibus yang melewati jalan raya Sumedang yang berkelok-kelok ke Jalan Sukamandi. Setiap melihat plang jalan Sukamandi, aku merasa tersindir. Diantara kesepuluh teman-teman KKN ku, aku termasuk perempuan yang malas mandi di pagi hari. Tubuhku masih belum terbiasa dengan siraman air Pasigaran yang dingin bagai air es.


Dari jalan Sukamandi kita harus naik ojeg motor atau menumpang mobil bak terbuka milik warga desa Pasigaran menuju warung kelontong Uwak Jaja. Dari warung yang menjadi tempat warga desa mengupdate gosip seputaran Pasigaran, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki melintasi jalan setapak di pinggiran sawah yang berundak-undak indah seperti di Ubud. Biasanya aku bertemu penduduk yang sedang bekerja di sawah mereka. Kata-kata sunda yang kuhapal dari percakapan dengan mereka hanya tiga kalimat, ‘kumaha damang?’, ‘Bade angkat non?’ dan “bade uih non Saras?”. Selebihnya jika mereka mengucapkan kalimat lain aku hanya bisa tersenyum.


Setelah melampaui perjalanan penuh perjuangan tersebut, barulah kami bisa mencapai rumah kecil yang dijadikan base camp kami di waktu siang dan tempat tidur tim laki-laki di waktu malam. Untungnya, teman-teman laki-laki kami dalam satu tim ini cukup kompak. Setelah tujuh hari saling mengenal, mereka mau mengantar kami dengan sepeda motor mereka karena alasan keamanan. Entah karena suatu kebetulan, tujuh hari sejak aku tinggal di desa ini, Bungky, mahasiswa ekonomi asal Semarang, telah menjadi supir ojeg pribadiku.
........


Selesai menyanyi dia diam, seolah mengharapkan aku penonton satu-satunya konser tunggal ini berdecak kagum. Aku menaruh bukuku dan melirik. Kurasakan  tatapan berbeda dari kedua mata itu mengalirkan energi hangat ke kedua pipiku, lalu dengan cepat turun ke jantung, hingga detak jantungku bergerak cepat. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Tiga detik dunia seakan berhenti berputar, bersamaan dengan detak jantung yang berdetak semakin tidak karuan. Untunglah Shinta muncul di pintu, sehingga bumi kembali berputar pada porosnya, dan aku segera membawa plastik kresek berisi baju dalam dan handuk lari ke kamar mandi.

“Lama banget sih Shin!” gerutuku di pintu saat berpapasan dengan Shinta.

 masih ada lagi cerita kisah cinta monyetnya lho :-)

No comments:

Post a Comment

Any comments, share your experience or ask?