Trip With Sari Musdar

Trip With Sari Musdar
Spring Euro Trip With Sari Musdar

Facebook Badge

2010/06/20

Bab 3 - Escape from killer manager

Tulisan ini hanyalan nukilan beberapa alinea dan bukan kutipan utuh dari Bab 3 (Cinderella in Paris)

   Tips keempat yang aku baca di majalah : Untuk mendapatkan si belahan jiwa, luangkanlah waktu untuk kehidupan sosial    


Aku mengalah duduk di kursi tengah bersebelahan dengan seorang bapak paruh baya. Sebagai tetangga yang baik, aku ingin berbasa-basi memulai percakapan. Aku menengok ke arahnya, tersenyum. Bapak di sebelahku tetap melihat lurus ke depan dengan wajah serius, tidak menoleh sedikit pun ke arahku yang masih tersenyum. Menyadari tidak ada tanggapan, aku kembali ke posisi semula. Aku berusaha lagi menyunggingkan senyum dan menganggukkan kepala saat dia kebetulan sedang melihat ke arah jendela di sebelah Vany. Bapak itu hanya melihatku sekilas. Akhirnya kuberanikan diri bertanya.

“Mau ke mana Pak?”
“Ke KL” jawabnya singkat. Otot-otot mukanya kelihatan kaku hingga sulit untuk menggerakkan kedua bibirnya membentuk senyum.
    “Oh ngga ke Amsterdam ya Pak?”
    “Tidak” jawabnya datar.
Aku tersenyum. Kelihatannya dia tipe orang yang tidak senang bercakap-cakap dengan orang yang baru dikenal di perjalanan atau tipe manusia yang tidak suka beramah tamah.
   
Sesaat kemudian pramugari Belanda dan rekan kerjanya pramugara tampan berkulit coklat maju ke depan. Sang paramugari kelihatan sudah tidak muda dan dia tidak berusaha keras menutupi kerut-kerut halus di wajahnya. Rambut pirangnya dikuncir ke belakang dengan beberapa helai rambut jatuh di dahi kiri dan kanannya. Tidak ada dandanan mencolok seperti yang kulihat pada pramugari maskapai penerbangan Asia. Tapi kuperhatikan dia bekerja sangat cekatan dan trengginas.

Sejenak kedua petugas itu mencontohkan petunjuk keselamatan penerbangan. Pesawat kemudian siap lepas landas ke Kuala Lumpur setelah suara pilot yang empuk menyapa kami para penumpang. Hatiku bongah, senang rasanya akhirnya aku berhasil memulai perjalananku ke Eropa. Mataku mengawasi badan pesawat terbang yang berukuran sangat besar. Walau pun sudah beberapa kali naik kapal terbang, tetapi baru sekali ini aku naik pesawat besar.

Aku menurunkan buku Lonely Planetku dan terhenyak kagum. Tuhan benar-benar menjawab doa hamba yang teraniya secepat kilat. Lelaki yang sekilas mirip vokalis “Bush”, suami penyanyi  Gwen Stefani mengenakan kaos hijau tahi kerbau dengan tulisan “summer 2006” berwarna putih dan topi baseball “NY” coklat sedang berdiri memasukan tas ranselnya di bagasi. Dia duduk, tersenyum padaku dan menyapa ramah.
“Hi”

Serempak aku dan Vany tersenyum ala model iklan pasta gigi, hingga dia tanpa malu memamerkan kawat gigi warna birunya.

“Hi, I’m Vhaanny from Zhakharca
Ah seandainya saat itu sudah ada Cinta Laura, mudah bagi kalian untuk membayangkan aksen Vany saat berbicara dalam bahasa Inggris.  Duduk di tengah, aku memperhatikan dua tangan berjabat di depanku.

“Andrew, New Zealand”, sahut si cowok cool Summer 2006 masih dengan suara yang ramah. “..and you?”
 

“Saras, nice to meet you Andrew”

Andrew menunjuk buku Lonely Planet-ku.

“First time going to Amsterdam?” Rupanya dari tadi dia memperhatikan halaman yang tengah kubaca.

            “Well, kami berencana untuk ke Amsterdam, Leiden, Brussel, Luxembourg, Germany dan Paris tentu saja” aku menjawab dengan riang. “How about you Andrew?”

            “Hm, you better don’t ask! Saya baru saja menempuh sembilan jam perjalanan di udara, dan masih ada enambelas jam berikutnya” Andrew mengedipkan mata birunya dengan jenaka.  “Setelah transit di Schipol dua jam, saya masih harus melanjutkan perjalanan ke Irlandia”
Aku berdecak, “Wow, you are about round half of this planet!”

selengkapnya? di novel aja ya :-)

No comments:

Post a Comment

Any comments, share your experience or ask?