Masa Kecil di Era 80 an
Sore ini membuat saya melankolis. Di dalam bis yang menuruni bukit yang berkabut, mengalun keras lagu "Cinta ini milik kita" dari Iwan fals. Dan selepas terowongan Zaakaam, pikiran saya melompat jauh ke belakang, ke masa kecil yg indah, di tahun 80an, di saat hidup terasa tanpa kesulitan, Indonesia terkena dampak harga minyak bumi yang tinggi, pembangunan (seolah) berjalan lancar setiap 5 tahun Sang "Smiling-general" mempunyai rencana pembangunan.
Aku mempunyai 3 orang kakak perempuan dan 1 adik laki-laki yang sangat dimanja Ibu. Kami berempat para anak perempuan berentetan dipimpin ayah berjalan dari rumah ke Salon milik Tante Yuliana yang ada di daerah Warung Cina, Kebayoran Baru. Tante Yuliana tinggal bersama ibunya , wanita tua sekitar usia tujuhpuluhan yang sepintas penampilannya mirip orang Vietkong di film-film perang Hollywood. Sang nenek keturunan Tionghoa ini senang mengenakan baju chiong sam dan celana menggantung berwarna hitam, wajahnya mirip Ibu Ayahku di Jogja yang aku tidak terlalu dekat. Enam purnama sudah lewat, inilah saatnya rambut kami harus dipangkas. Ayah mungkin terobsesi ke4 putrinya menjadi POLWAN, hingga rambut kami tidak berhak melewati bahu. #sebentarLagiImlek #masaKecil
Kami tinggal di lingkungan multikulral. Sebagian besar keturunan Betawi, Arab dan Cina, yang lainnya para pendatang seperti ayahku yang dari Jawa, dan suku-suku Indonesia lainnya. Saat lebaran tetangga di depan rumah mengirim dodol Betawi yang legitnya menimbukan rasa nyaman dari lidah turun ke perut dan hati, sate babat kegemaranku yang gurih (pantaslah kucingku Bapung tidak pernah jera mencuri sate babat Bang Marzuki yang gurih nian, sekalipun sudah berapa kali aku jewer kuping kucing betina cantik ini) sayur lodeh pepaya yang warna keoranyeannya membangkitkan selera, ketupat, dan rendang Betawi yang agak manis dan berwarna hitam pekat.
Saat mendekati Imlek, hantaran kue keranjang dikirim tetangga yang keturunan Tionghoa. Ibu biasanya akan menggoreng kue dari ketan ini dengan telur. Rasanya? Hanya lidah dan perutku yang bisa bercerita. Dan rasa legit yang tertancap di memoriku itu muncul kembali di lidahku sore ini. "Aku ingin sekali kue keranjang!". Pagi hari kami minum susu segar dari sapi Pak Haji Sabeni di daerah Kebalen. #MasaKecil
Pak haji Sabeni orang Betawi, mempunyai beberapa ekor sapi, bercorak hitam putih. Setiap pagi anaknya yang seumuran denganku rajin mengirim botol-botol susu sapi ke pelanggan dengan bersepeda. Aku senang menyantap lapisan yang terbentuk di permukaan. saat Ibuku memanas i susu di panci. Di depan jalan kecil rumahku terdapat toko kelontong Haji Abbas yang kostumnya mirip alm Benyamin di film Si Doel. Lay out tokonya tentu saja tidak seperti indomart, semua ditaruh serampangan dengan penerangan seadanya. Hingga jika ada pelanggan ingin membeli sesuatu, Haji Abbas akan sibuk mencari-cari dan dengan suaranya yang serak akan memanggil anaknya, "Lu liat kagak samphoo?" #MasaKecil
Rumah kami tidak jauh dari Lapangan Bola Senayan. Ayah yang sering mendapat tiket masuk gratis ke pertandingan sepakbola, bergantian mengajak kelima anaknya untuk ikut menemani ayah berteriak-teriak di podium. Jangan tanya liga apa saat itu, karena aku tidak tertarik dengan pertandingan bolanya. Kami ke5 anaknya ini hanya senang ditraktir es grim (saat itu begitu kami menyebutnya) pulangnya ayah akan mampir diuntuk makan sate dan soto di Blok S.#MasaKecil
Pertandingan sepak bola di masa aku kecil sangat menarik, bukan, bukan pertandingannya yang membuat aku terpesona, tetapi aku suka melihat ayahku dan penonton lainnya yang mayoritas pria berteriak-teriak menyemangati tim yang mereka cintai. Di sini orang bebas mengeluarkan ekspresi marah, senang, bahagia dan kecewa dengan volume besar, bahkan memaki, "Payah, gitu aja ngga bisa gol!"
Orang berduyun-duyun masuk ke lapangan sepak bola Senayan dengan tertib, begitu juga saat pertandingan usai. Tidak ada ekspresi kekecewaan yang destruktif saat tahu tim mereka kalah, mungkin karena BONEK belum lahir, atau saat itu Ketua PSSI bukan Nurdin Halid? #MasaKecil
Tidak seperti pengobatan tradisional Tionghoa yg sangat terkenal bahkan mendunia, pengobatan tradisional Jawa agak kurang dipromosikan. Aku ingat sampai kelas 1 SD aku masih suka mengompol. Biasanya ibu akan menangkap "monggo" (sejenis laba-laba yang ada di rumah berwarna hitam pekat) dan menggarangnya. Laba-laba yang rasanya gurih ini dipercaya dapat mengobati anak kecil yang suka mengompol. Mungkin teman-teman Dokter bisa memberi tahu saya zat apa yang terkandung dalam tubuh laba-laba? #MasaKecil
Tahun 80an belum ada KidZania, juga mall, yang kutahu saat itu cuma ada Aldiron Plaza di dekat rumahku, pasar Myestik dan Pasar Santa, kesanalah kami berbelanja untuk keperluan sehari-hari atau memburu baju Lebaran.
Tetapi saat itu masih banyak tanah lapang di dekat rumahku, dan permainan saat itu sangat aktif membuat badan kami bergerak, dari lompat tali, galasin, benteng dan aku yang tomboy bermain sepak bola bersama anak-anak laki-laki.
Kebiasaan minum kopi sambil mengobrol santai ternyata sudah ada di budaya Betawi. Lihatlah setiap pagi para bapak-bapak duduk di dipan-dipan kayu panjang untuk menikmati Kopi di Warung Bang Tong sambil saling bertukar gosip atau berbicara hal random masih dengan kaos oblong tipis putih, sarung di atas betis dan sabuk besar. Mereka bisa betah berjam-jam di sana sambil menghirup segelas kopi hitam panas, beberapa potong sukun, singkong dan pisang goreng. Aku dan kakak-kakakku paling senang membeli Nasi uduk buatan istri Bang Tong. Aku tidak tahu apakah tradisi ngopi bareng ini masih ada setelah kita diinvasi Budaya Ngopi ala Starbuck yang mahal itu.
Tembagapura, 21 Januari 2011, Sari Musdar
hai... salam kenal. senang baca tulisanmu. Aku ada rencana jalan2 ke Eropa, jadi mungkin bukumu Panduan Hemat Keliling Amsterdam itu bisa membantu ya...Di Gramedia ada gak? berhubung daku masih katrok gak ngerti gimana ke luar negeri. he..he.. mampir yuk ke blogku di http://hidupku-kisahku.blogspot.com dan http;// juliana-dewi-2806.blogspot.com
ReplyDeletehai Juliana,
ReplyDeleteSalam kenal. Thanks udah mampir dan leave nice comment :-)
Ada kok di Gramedia Matraman, Plangi, Granindo.
Bukunya cukup jelas kok memandu pemula :-) Siip nanti aku main2 ke blog (mbak) Juliana ya :-)