Keesokan harinya saya putuskan untuk
melanglang ke Negara tetangga, Brussel, Belgia. Brusel merupakan kota yang
tidak terlalu besar. Sebagian besar penduduknya berkomunikasi dalam bahasa
Belanda dan Perancis, jadi saya harus membawa kamus saku Perancis saya kemana
pun saya pergi. Setelah sebelumnya memesan kamar di Centre Vincent Van Gogh
(Youth Hostel) yang terletak di Rue Traversiere 8, maka saya naik kereta dari
Amsterdam Central ke Brussel Midi dengan harga tiket sebesar 33,4 euro. Hostel
yang dikhususkan anak-anak muda di bawah usia 35 tahun ini dulunya adalah
semacam apartemen dimana Van Gogh pernah tinggal, terletak tidak jauh dari Le
Botanique jardin (Taman Botanique).
Hostel yang merupakan gedung tua ini,
dikelola oleh anak-anak muda sehingga jelas sekali atmosfir remajanya. Di Lobby
semua backpacker dari berbagai negara bisa saling berkenalan dan berbicara
tentang perjalanan mereka, minum bir atau minuman lainnya, surfing internet,
atau bermain bilyard di tengah ruangan yang hidup dengan musik rock yang
menggema memenuhi ruangan yang tidak terlalu luas. Lobby ini semakin ramai
setelah jam 6 sore, karena saat itulah kafe dibuka. Tidak banyak obyek wisata yang
bisa dikunjungi di Brussel.
Hari pertama saya berjalan kaki menuju Le Botanique
Jardin, Grand Place, dan Museum Komik Smurf & Tintin. Le Botanique
merupakan taman kota dihiasi tanaman-tanaman hias berwarna-warni dan kolam air
serta patung-patung perunggu yang sudah ada di situ sejak abad pertengahan.
Saat itu saya melihat sekelompok anak kecil laki-laki yang asik berteriak
bermain bola, pasangan muda mudi yang memadu kasih, turis yang sedang bergaya
di depan kamera dan pejalan kaki yang lebih senang melewati taman ini ketimbang
harus melewati trotoar. Dari taman kota saya melanjutkan jalan-jalan siang ke
Grand Place, melewati Mall Super City dan beberapa gedung kota yang bergaya
Baroque.
Sebelum sampai di Grand Place, saya melewati gang yang penuh kafe dan
restaurant Yunani, Italia dan Maroko. Pelayan-pelayan restaurant yang berwajah
rupawan dengan pakaian putih bersih atau berjas memanggil para pejalan kaki
untuk mampir ke restaurant mereka. Hanya saja perut saya sudah saya isi dengan
kebab yang saya beli di kedai kecil milik orang Turki di dekat Mall. Grand
Place sebenarnya tak terlalu berbeda dengan Dam Square, di sini orang-orang
berkumpul baik penduduk setempat dan turis mengagumi gedung-gedung tua dengan
arsitekturnya yang indah.
Kalau Perancis mempunyai Menara Eiffel, Italia
terkenal dengan Menara Pisa, maka Belgia mempunyai Atomium. Maka pada hari
kedua sebelum saya meninggalkan Brussel, saya memutuskan untuk pergi ke land
mark Belgia ini. Karena letaknya cukup jauh dari Hostel tempat saya menginap, saya
harus naik Metro Line 1 A yang berhenti di Stasiun Bis Heysel. Dibandingkan
dengan dua menara yang saya sebutkan tadi, Bangunan Atomium ini relative masih
sangat muda, karena baru dibangun tahun 1958 dan direnovasi tahun 2003 dan
tidak terlalu tinggi, dengan ketinggian dari permukaan tanah hingga bola
tertinggi mencapai 102 meter.
Sesuai dengan namanya, Atomium merupakan 9 bola
logam raksasa berdiameter 18 meter yang masing-masing dihubungkan / disangga
dengan logam. Tiap – tiap bola mempunyai fungsi tertentu, misalnya pada bola
perama selain tempat pengunjung membeli tiket masuk juga merupakan tempat
pertunjukkan permanen, pada saatitu dipamerkan mobil-mobil munggil dengan
berbagai warna cerah seperti permen. Pengunjung bisa mencapai bola tertinggi melalui
lift setelah membeli tiket masuk seharga 7 euro.
Di bola tertinggi ini kita
bisa melihat pemandangan di bawah melalui layar yang mirip computer, atau kalau
ingin suasana romantis sambil mencicipi makanan khas Belgia, bisa mampir di
lantai teratas bola ini di “Restaurant Panorama”. Mau mengunjungi dan mengenal
lebih dekat Eropa dalam hitungan menit ? Tidak jauh dari Atomium terdapat obyek
wisata lainnya yang tidak kalah menarik, Miniatur Eropa. Di sini kita bisa
mengenal negara-negara di Eropa melalui miniatur landmark masing-masing negara.
Sayangnya saya harus merogoh dompet lagi untuk bisa melihat Eropa mini
tersebut.
penulis : Sari Musdar
twitter : @sari_musdar
No comments:
Post a Comment
Any comments, share your experience or ask?