Amsterdam
.
Sebenarnya kalau saya cukup pandai membaca peta tersebut, tidak perlu
pusing-pusing untuk menemukan Youth Hostel yang saya tuju. Youth Hostel ini
bahkan ada di tengah –tengah kota Amsterdam, dan bisa berjalan kaki sekitar 10
menit dari Central station, tapi karena saya belum mahir membaca peta dan
kurang kenal kota ini, alhasil saya terpaksa naik metro dan merogoh uang 1,60
euro, mondar mandir di Jalan NZ Voorburgwal, kedinginan di tengah rinrik-rintik
hujan dengan temperatur 9 derajat Celcius, serta mampir dulu di kedai kopi (Pie
Applenya benar-benar enak dan tidak terlalu mahal, hanya 2 euro) di pojok Jalan
NZ Voorburgwal tersebut.
Hari pertama sebenarnya rencana saya seperti layaknya
turis yang pergi ke Belanda, adalah berkunjung ke Keukenhof untuk melihat
hamparan warna-warni bunga tulip mekar yang terletak tidak jauh dari Delft yang
menurut buku-buku panduan wisata Eropa adalah taman terindah di Eropa. Tetapi
sayangnya menurut petugas wanita di Gedung Pusat Informasi Wisata Amsterdam
Keukenhof sudah tutup tanggal 19 Mei.
Untuk menutupi kekecewaan saya, saya
memutuskan pergi ke Volendam (kampung nelayan di Belanda). Dengan mengantongi
tiket pulang-pergi Ariva-waterland seharga 6 euro yang saya beli di VVV, saya
naik bis Ariva nomor 118 yang parkir tidak jauh dari Central Amstermdam menuju
Volendam. Volendam merupakan kota nelayan yang indah dengan penduduk mayoritas
beragama Kristen yang taat. Saya sampai di sana sekitar jam 10.00 pagi dan
kebanyakan toko-toko / restaurant di sepanjang pantai itu tutup karena penduduk
bergegas pergi ke Gereja untuk misa hari Minggu.
Di antara toko-toko ini
terdapat Studio Foto yang menawarkan turis mengabadikan kunjungan mereka ke
Volendam dengan memakai baju tradisional Volendam. Sebenarnya Belanda mempunyai
beberapa baju tradisional, tetapi mungkin yang paling terkenal dan menjadi ciri
khas Belanda adalah baju daerah Volendam yang oleh pemerintah Belanda setelah
baju ini menang pada lomba baju tradisional kemudian dijadikan trade mark
belanda.
Di depan /di etalase kaca semua studio memajang foto-foto orang
terkenal yang pernah berpose di studio mereka, antara lain foto aktor atau
olahragawan belanda dan Eropa, dan yang membanggakan, mungkin karena banyak
turis asing dari Indonesia yang selalu mengunjungi daerah pinggiran pantai ini,
mereka juga memamerkan banyak foto selebritis Indonesia (yang sempat saya ingat
Marisa Haque, Tasya, Meli Manuhutu, Tamara Blezinsky, Rima Melati, bahkan ada
juga mantan Presiden Gus Dur), kelihatannya cara promosi mereka cukup berhasil
mengundang turis asal Indonesia, saat saya sedang berdiri di salah satu Studio
foto, saya mendengar seorang wisatawan Indonesia yang berkeras dengan temannya
hanya ingin difoto di Studio Gus Dur pernah berpose.
Saya hanya senyum-senyum
membayangkan mereka harus meneliti dengan seksama foto-foto ukuran 5 R untuk
menemukan wajah Gus Dur dalam kemasan pakaian tradisional Volendam. Sudah jauh
ke Volendam rasanya ada yang kurang kalau tidak menyeberang ke Marken, pulau
kecil perkampungan nelayan di seberang Volendam. Di depan loket penjualan tiket
kapal ferry, dari jarak 5 meter saya sudah mendengar teriakan kakek dalam
beberapa bahasa (Inggris, Italia, perancis, Spanyol, Jerman dan tentu saja
Belanda) mengajak turis untuk naik ferry ke Marken.
Kapal- Kapal Ferry yang
menyeberangi kami ke Marken semuanya dimiliki dan dikelola oleh nelayan
setempat dan anak-anak mereka. Di marken kita dapat mengunjungi toko-toko
souvenir dan restaurant turun temurun yang sudah ada sejak seratus tahun yang
lalu. Di sini kita juga bisa mencicipi hasil tangkapan nelayan, berupa ikan
tuna, udang, kepiting dan lain-lain dengan harga berkisar 2 – 4 euro per satu
porsi kecil. Dari Marken setelah menelusuri jalan NZ Voorburgwal dari Amsterdam
Centraal saya beristirahat sebentar di Dam Square.
Beberapa turis remaja yang
baru turun dari stasiun sibuk memanggul body parknya dengan buku Lonely Planet :
Europe di tangan. Di alun-alun ini semua turis menikmati sore hari yang cerah
di musim semi beberapa orang sibuk mengambil foto diri dan foto gedung-gedung,
Musium dan Gereja di sekitar Dam Square, beberapa orang asik memberi makan
ratusan burung merpati dan sebagian lagi melihat aksi senirupawan yang berlagak
seperti patung menggunakan baju Nostradamus menunggu orang – orang yang lalu
lalang di Dam square memberikan koin 2 atau 5 euro. Mau foto berdampingan
dengan Bono vokalis U2 atau Elvys Presley dengan biaya 17,5 euro ?
ditulis oleh Sari Musdar
twitter : @Sari_musdar
facebook : http://www.facebook.com/sari.musdar
A Fun Fearless Female traveler (The Jakarta Post April 22nd, 2012) who likes to share her story on romance traveling novel. Author of best selling romance traveling novel, "Cinderella in Paris" & some books. Here, she wanna share her writing & photos (mostly about traveling physically and mentally aka contemplation). contact : sarimusdarcom@gmail.com twitter :@realsarimusdar unless mentioned, all pics are Sari's property
Trip With Sari Musdar
Facebook Badge
2012/04/02
Melihat Eropa dari dekat? Jadi Backpacker yuk! (Bagian ke 3)
Former legal & HR practioner who finds peace in tafakir, writing and traveling. Book Author of best selling #cinderellainparis & some travel books. Founder of @click4tripID & @duniakerjaID | Mostly writing about traveling, tafakur and up to date info.
| Instagram @SariMusdar |
Facebook : Sari Musdar. Sari can be contacted at sari.musdar09@gmail.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Any comments, share your experience or ask?